09 Juni 2010

Malaysia Minta Pembayaran Panser 25% dengan Trade Off

09 Juni 2010

Panser 6x6 buatan Pindad (photo : Ipenk)

JAKARTA (Bisnis.com): Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan Indonesia dan Malaysia hampir mencapai kesepakatan kerja sama di bidang pertahanan dan transportasi yakni pengadaan sejumlah unit panser baja yang dibarter dengan beberapa unit mobil Proton.

Menurut Hidayat, industri pertahanan di dalam negeri sedang mendapatkan order panser dari Malaysia dengan total nilai US$80 juta.

"Ordernya ada beberapa puluh unit panser dari Indonesia sedangkan term of payment dalam jangka setahun. Saya sudah tugaskan Pak Budi [Budi Darmadi, Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika Kemenperin] untuk menghitungnya," kata Hidayat di gedung Kemenperin, hari ini.

Namun, dari total nilai order tersebut, sekitar 25% akan dibarter (trade off). "Kalian tahu apa trade off-nya? [mobil] Proton. Jadi [Proton] bisa digunakan untuk taksi. Indonesia tidak keberatan. Saya, Menteri Pertahanan [Purnomo Yusgiantoro], dan Meneg BUMN Mustafa Abubakar sudah membahasnya," katanya.
Dengan adanya order tank panser dari Malaysia, Hidayat optimistis industri pertahanan nasional akan semakin berkembang pesat sehingga akan berdampak pada peningkatan pertumbuhan industri.
"Adapun BUMN yang terlibat dalam pembuatan tank panser ini di antaranya PT Pindad [Persero]. Saya berkepentingan agar semua sektor industri harus berjalan," katanya.
Hidayat yakin penjualan tank panser kepada Malaysia tak akan menyalahi komitmen kerja sama teknologi industri pertahanan dengan sejumlah industri permesinan dan otomotif asing seperti Renault, dari Prancis dan Mercedes, Jerman.
"Saya kira Indonesia menggunakan teknologi yang netral, tetapi unggul dan secara politik aman. Apalagi, kita hanya berjualan di lingkup Asean. Pada intinya, pengembangan industri pertahanan merupakan salah satu program restrukturisasi industri manufaktur yang telah digulirkan," jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, Kemenperin akan melakukan restrukturisasi mesin di sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dengan memberdayakan industri mesin dalam negeri yang dimotori PT Bima Bosma Indra. "Ada sekitar 200 perusahaan TPT yang akan direstrukturisasi. Ini tugas Kemenperin juga untuk mengawalnya," tuturnya.(yn)

1 komentar:

  1. Untuk pemnbelian Panser Anoa apabila pembayarannya sebagian dengan produk malaysia (mobil proton) Indonesia juga harus menawarkan untuk pembuatan spare part mobil proton tersebut dapat dilakukan oleh industri-idustri dalam negeri kita...artinya kita diberi keleluasaan untuk mentransfer teknologi malaysia.

    BalasHapus